watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MODEL PORNO

Saya adalah seorang model sebuah majalah
porno di Singapore. Yah, seperti yang
kedengarannya, bekerja di majalah porno
sebagai model tidak membutuhkan baju yang
bagus dan make-up yang tebal. Yang penting
adalah menjaga tubuh agar tetap seksi juga
perawatan wajah. Aku tidak perlu ke Singapore
untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat
studio foto untuk mengambil gambar model-
model dari Indonesia yang kemudian dikirimkan
dan diterbitkan di Singapore.
Mungkin anda heran, bagaimana saya dapat
terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya
ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya
menginjak 16 tahun, kedua orangtua saya
meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat
terpukul dengan kejadian itu. Pada saat itu saya
sangat bingung dengan keadaan ini, karena saya
tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya
keluarga lain selain keluarga saya sendiri,
sementara saya adalah anak tunggal.
Namun tidak lama kemudian, teman bisnis ayah
saya, anggap namanya Pak Mori, berusia sekitar
50 tahun, datang menawarkan saya untuk
tinggal di apartemennya dan beliau berjanji akan
membiayai sekolah saya sampai saya lulus SMA.
Dalam keadaan bingung, akhirnya saya
menerima tawaran beliau. Saya lalu tinggal di
apartemen beliau, hanya berdua dengannya.
Beberapa bulan kemudian saya tinggal
dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak
Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya
baru saja masuk kamar dan belum sempat
menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak
mengetuk kamar saya dulu, dan pada saat itu
saya hanya mengenakan daster kuning polos
yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan
BH dan hanya mengenakan CD saja. Sejenak Pak
Mori terkesiap melihat saya, namun beliau
kemudian mendekati saya. Spontan saya
memeluk bantal untuk menutupi dada saya.
Pak Mori lalu berkata kepada saya, "Sally, tolong
Bapak, Nak, istri Bapak sudah lama meninggal,
Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak
minta macam-macam. Bapak hanya minta agar
Sally bersedia melayani Bapak."
Wajahnya terlihat sayu dengan keringat di
dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir
beliau telah baik mau membiayai sekolah saya.
Lagipula keperawanan saya telah hilang sejak
saya masih kecil ketika jatuh dari sepeda.
Pak Mori terus memandang dan menunggu
jawaban saya, sedangkan saya tidak dapat
berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih
bantal yang saya peluk untuk menutupi dada
saya dan meletakkannya di tempat tidur.
Kemudian beliau diam dan memandang saya.
Melihat saya diam, beliau lalu berkata, "Kalau Nak
Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally 'iya'."
Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau
meraih dan memeluk tubuh saya dan
mengusap-usap punggung saya.
"Terima kasih, Nak." beliau berkata sambil
menatap hangat pada saya.
Setelah itu beliau mulai menciumi kening saya
dan kedua pipi. Lalu menjulurkan lidah sambil
mencium telinga dan bibir saya. Kubalas
ciumannya, lidahnya bermain liar di dalam mulut
saya, begitupun saya. Tangannya yang dari tadi
memeluk punggung saya mulai turun
mengelus-elus pantat dan meremasnya.
Kemudian kepalanya turun ke leher saya,
menciumi dada saya yang masih tertutup daster
kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika
mulutnya berhenti di puting saya yang hanya
ditutupi daster kuning polos yang tipis itu. Beliau
mengulum dan menggigit puting saya itu.
"Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!" saya sudah tidak kuat
lagi.
Geli rasanya dada ini dipermainkan seperti itu
oleh Pak Mori. Spontan saya membuka 4
kancing daster yang terletak di depan itu, dan
terlihatlah kedua bukit kembar saya yang
montok itu, berukuran 36B dengan puting
berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke
wajah Pak Mori. Beliau langsung melumatnya,
menggigit kecil, kemudian memasukkan semua
ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori
lebar juga, buktinya bukit dada saya yang 36B
masuk semua ke dalam mulutnya.
"Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!" saya
meraung-raung keenakan.
Pak Mori menurunkan daster terus ke bawah
dan sambil menciumi perut saya yang rata
karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak
menurunkan daster, dan tangan kanannya
mengelus-elus pantat dan paha saya yang
mulus. Setelah daster turun semua, tangan
kirinya mengangkat kaki kanan saya dan
melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau
berjongkok dan tangan kirinya membuka
sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan
saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit
kemaluan saya yang bulu-bulunya sedikit itu,
sehingga beliau tidak perlu susah-susah menjilati
kelentit saya.
"Oohh.. Pak.. enaakk..!" kata saya sambil
memegangi kepalanya.
Saya tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus
menjilati kelentit saya dan memasuki satu jari
tangan kanannya ke dalam vagina, dan
menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-
betul keenakkan. Saya menggerakkan pantat
turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-
tiba sesuatu meledak dalam diri saya.
"Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!" air kenikmatan
saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau
menghisapnya habis.
Kemudian yang tidak disangka, beliau merobek
sebagian kain celana dalam saya yang menutupi
bukit kemaluan saya dan kemudian membuka
CD-nya. Terlihatlah senjatanya yang besar
ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal. Saya
sudah tidak tahan lagi melihatnya.
"Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!" kata saya
sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang
telah basah itu.
Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau
langsung menghujamkan penisnya masuk ke
dalam vagina saya.
"Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!" kata saya yang mulai
merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah
itu.
Pak Mori menaik-turunkan penisnya dengan
cepat. Ternyata melakukan sambil berdiri enak
juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua
payudara saya. Tangan saya pun tidak mau
kalah dan meremas-remas kedua pantatnya.
Tidak lama saya mendapat orgasme yang
kedua, dan tidak lama kemudian beliau pun juga.
Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat
tidur. Keesokkan harinya, kami melakukannya
lagi di kamar mandi. Kami masing-masing
orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke
sekolah dan beliau pun pergi ke kantor.
Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti
selayaknya suami istri di dalam apartemen kami.
Ternyata untuk orang seusianya, beliau masih
sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan
saya dilarangnya mengenakan baju bila di dalam
apartemennya itu. Tapi saya selalu
menggodanya dengan hanya mengenakan
sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya
hanya memakai BH saja, sedangkan bagian
tubuh yang lain polos mengoda. Lalu kemudian
saya duduk di depannya dengan membuka
lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan
saya menantang dirinya. Beliau selalu tidak tahan
dan mengajak bermain lagi.
Besok harinya saya hanya mengenakan CD saja
yang berwarna hitam dan bahannya bolong-
bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu
keluar dan klitoris yang berwarna pink itu juga
terlihat bila saya mengangkang, sedangkan
payudara saya bergelantungan dengan indahnya
di dada. Bila seperti itu, beliau lalu memeluk dan
menggendong saya ke tempat tidur sambil
mulutnya mengulum payudara dan menarik-
narik putingnya. Ini kami lakukan hampir tiap
hari seperti selayaknya pengantin baru sampai
saya lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak
pernah mati kekuatannya untuk melakukan
hubungan seks dengan seorang gadis belia
seperti saya, dan saya selalu dibuat puas
olehnya.
Suatu hari ketika saya baru selesai mandi, seperti
biasa saya keluar dari kamar tanpa
menggunakan busana, dan sambil
mengeringkan rambut yang masih basah, saya
pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa
saya sadari, ternyata ada dua orang teman Pak
Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget
melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun
saya. Tapi rasa kaget saya tidak saya perlihatkan
dan langsung saya pergi ke dapur cepat-cepat.
Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori
berkata pada saya, "Sally, mau gak jadi model..?"
tangannya mengelus-elus puting saya.
"Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?"
tanya saya.
"Yah, tapi ini berbeda. Begini, teman-teman
Bapak yang tadi itu berasal dari Singapore. Yang
satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak
Davis. Pak Ramen sebenarnya orang Indonesia,
tapi tinggal di Singapore. Beliau adalah editor
majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah
direkturnya."
"Jadi maksudnya majalah Singapore..?"
"Yah begitu. Mereka berdua setelah melihatmu
menjadi tertarik dan menawarimu menjadi
model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore.
Kamu cukup tinggal di Indonesia, karena studio
fotonya ada di Indonesia."
"Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan
mereka."
"Em.., begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh..
majalah mereka adalah majalah porno.. eh tapi
itu terserah Sally, mereka hanya menawari
karena tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak
mau, itu juga tidak apa-apa."
Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya
dan mereka tertarik. Saya bingung sekali.
"Honornya lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak
akan minta kok. Kalau Sally nanti mau, honornya
tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja.
Makanya Bapak terserah Sally saja. Kalau mau
dicoba saja." lanjutnya.
Saya mulai tertarik.
"Sally harus datang kemana, Pak..?" beliau
tersenyum dan memberitahu alamatnya.
Keesokkan harinya saya datang ke studio foto
itu. Tempatnya seperti rumah biasa, cukup besar
dengan pagar tinggi yang menutupi rumah
tersebut. Seperti bukan kantor atau studio foto.
Lalu saya masuk dan bertanya pada resepsionist
hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang
mengantar saya ke kantor Pak Davis. Pak Davis
terseyum menyambut saya. Ternyata beliau
seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak
begitu ganteng tapi di tubuhnya yang putih
ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari
tangan dan dadanya yang bidang. Namun
senyumnya terlihat menarik.
"Selamat siang, Sally, silakan duduk..!"
Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk.
"Singkat saja, jadi kamu tertarik..?"
"Iya, Pak."
"Jangan memanggilku Pak. Panggil aku Abang
saja. Aku sebenarnya berasal dari Indonesia
juga. Semua orang memanggilku Bang Davis."
saya tersenyum.
"Oke, kita kembali ke pokok semula. Begini Sally,
untuk menjadi model ada beberapa syarat. Yang
pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu."
"Mengedit tubuhku..?"
"Yah, kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa
kekurangannya dan kelebihannya.
Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan
ditonjolkan. Jadi nanti bila difoto akan baik
jadinya. Mengerti..?"
Saya mengangguk.
"Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan
memanggil editor kami, Bang Ramen." Ia keluar
dari ruangannya.
Saya merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju
satu persatu sampai tinggal BH dan CD. Tiba-tiba
mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis.
"Lho, kok, CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak
perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak
memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah
menjelaskannya bukan..?"
Saya mengangguk seperti orang bodoh. Lalu
membuka CD dan BH saya. Saya memang tidak
perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya
telanjang bulat di apartemen Pak Mori.
Setelah telanjang bulat, saya berdiri menantang.
Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu
'adek-adek' mereka sudah berdiri melihat saya.
Tiba-tiba saya merasa percaya diri. Ini
merupakan permainan yang menyenangkan.
Lagipula saya senang menggoda Pak Mori.
Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka
juga? Saya lalu melepas jepitan rambut dan
terurailah rambut saya yang sangat lebat dan
indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka
sambil memainkan sedikit rambut saya di dalam
mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia
mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia
memutari tubuh saya dan mengelus punggung
dan pantat saya. Lalu tangannya mulai
memegang payudara saya yang 36B itu beserta
puting yang mencuat ke depan itu. Lalu ia
berjongkok dan mengelus paha dan membuka
selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia
mencium leher saya.
Tangannya meremas-remas kedua payudara
saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan kirinya
beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai
basah itu dan berhenti pada klitoris. Ia mengelus-
elus klitoris saya. Tangan kanannya mengelus
anus saya.
"Uuhh.. eehh.. ahh..!" tidak sengaja saya
meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang
Davis telah ikutan menghisap puting saya dan
tangan kanannya memegang puting yang satu
lagi.
Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam
vagina saya dan bergerak keluar masuk. Kami
melakukannya sambil berdiri seperti ketika
pertama kali saya melakukannya dengan Pak
Mori. Saya benar-benar terangsang.
Bang Ramen mencium bibir saya dan
memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan
saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu Bang
Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan
memainkan lidahnya di sana, namun jarinya
masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen
digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan
melumat-lumat bibir saya. Tiba-tiba saya merasa
ada yang keluar. Walaupun erangan saya
tertahan oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu
bahwa saya orgasme pertama kali dari getaran
tubuh saya.
Lalu Bang Ramen membuka celananya, juga
Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan
hitam. Bang Davis pun juga besar tapi putih.
Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen
memasukkan penisnya ke dalam anus saya.
Rasanya sakit sekali. Saya mengerang kesakitan,
namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan
penisnya ke vagina. Rintih saya berubah menjadi
keenakan. Mereka berdua memainkan penis
mereka keluar masuk anus dan vagina saya.
Rasanya enak sekali disetubuhi dua pria
sekaligus. Permainan kami cukup lama.
Saya sudah orgasme tiga kali ketika mereka
berdua orgasme untuk pertama kalinya.
Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan
merebahkan tubuh mereka di bangku sofa.
Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan
memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali
melayani dua pria sekaligus. Tiba-tiba Bang Davis
memegang bahu saya.
"Kamu diterima, Sally..!"
Saya tadinya hampir marah karena untuk
diterima saya harus melayani mereka berdua
terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat
kenikmatan yang baru saja saya terima, saya
dapat menahan amarah.
Lalu hanya dengan mengenakan BH saja, saya
dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang
berisi semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat
banyak wanita yang tidak menggunakan baju
sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu
dengan studio fotonya, sehingga model-model
yang merasa haus dapat langsung memesan
minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku
bar yang tinggi dan disuruh mengisi lembaran
formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang
Ramen meninggalkan saya sendiri di situ.
Ketika saya sedang mengisinya, seseorang
mencolek saya dari belakang. Ketika saya
menoleh, terlihat seorang pemuda memandang
saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi lagi,
pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina
saya dan menjilat klitoris saya. Saya kaget dan
ingin menghindar. Tapi bangku bar yang tinggi
yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki
saya ke lantai, sehingga membuat selangkangan
saya yang tanpa CD itu terbuka lebar membuat
saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap
menjilati selangkangan saya. Vagina saya yang
masih merasa geli akibat serangan Bang Ramen
tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa
keenakan.
Tidak lama saya orgasme lagi di tempat duduk
bar itu, sehingga tempat duduk yang terbuat dari
kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan
saya itu.
"Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini.
Mbak namanya siapa?" tanyanya kemudian.
"Sally" kata saya lemas.
"Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan
melakukannya lagi."
Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan
mulai mengisi formulir itu lagi.
Tidak lama Bang Ramen datang dan mengambil
formulir yang telah saya isi itu. Ia menunjukkan
honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama
kali pada hari pertama itu saya difoto bugil di
depan banyak orang. Ternyata inilah pekerjaan
baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil
saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak
jarang kami menyatukan alat kelamin kami,
sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat
kaku.
Kadang-kadang saya juga main dengan Bang
Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya.
Namun di rumah saya tetap menjadi 'istri' Pak
Mori. Itulah pengalaman saya. Foto-foto saya
banyak dipampang di majalah porno di
Singapore, dan tentu saja tidak dijual bebas.
Hanya golongan tertentu yang menerimanya.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/4316
U-ON

inc Powered by Xtgem.com